Sebelum menonton ada 2 syarat. Pertama, melepas semua pelajaran sejarah baku tentang G-30S, sejarah PKI dan Orde Baru, definisi komunis ala Orba. Buang jauh-jauh, deh! Terutama film propaganda karya Arifin C. Noer. Nulis judulnya aja malas. Merusak perkembangan otak anak-anak. Hapus dari otak! Kedua, siap-siap banjir airmata.
Eksil, singkatnya, berkisah tentang para mahasiswa cemerlang penerima beasiswa negara pada era presiden Sukarno, mungkin sekarang setara LPDB. Boleh dibilang mereka orang-orang tercerdas pada generasinya.
Sedang asyik menuntut ilmu terjadilah peristiwa G-30S/Gestok/Gestapu pada tahun 1965. Ada 7 tentara Angkatan Darat dibunuh. Tak lama kemudian disusul pembantaian massal oleh tentara, sasarannya anggota PKI, simpatisan PKI, semua orang yang disangkutpautkan dengan PKI. PKI dituduh dalang pembunuhan 7 jenderal, yang tidak terbukti hingga detik ini.
Kata pembantaian tidak berlebihan. Tanpa melalui pengadilan, siapa pun yang dituduh terkait PKI, tua, muda, lelaki, perempuan, dieksekusi, sampai bayi pun ikut dipenjara. Cuma berdasarkan rumor, siapa saja bisa dibunuh. Persis seperti kisah keluarga Jeng Yah, di film Gadis Kretek. Dibunuh rasanya belum cukup, keluarga yang selamat diincar terus, dipenjara, disiksa, yang lolos tidak bisa cari kerja. Harus bertahan hidup makan cicak, makan tikus.
Peristiwa berdarah di tanah air tersebut membawa imbas kepada para pelajar itu. Pertama, mereka diminta menandatangani pernyataan mengutuk pembunuhan 7 jendral, dipenuhi. Kedua, mereka diminta tanda tangan pernyataan bahwa tidak mendukung pemerintahan Sukarno. Di bagian kedua mereka kompak menolak. Ternyata fatal akibatnya. Passport Indonesia mereka dicabut. Mereka menjadi stateless. Keluarga mereka di tanah air dibunuh atau dipenjara, meski tidak tahu apa-apa. Ironis, orang2 yang sangat mencintai tanah air itu dikhianati negaranya sendiri.
Selanjutnya silakan tonton sendiri. Sepanjang film, kita akan melihat orang-orang berintegritas, cinta pada tanah air, meski semua milik mereka habis dirampas Suharto, mereka masih cinta Indonesia. Selalu ingin pulang. Oh, seandainya dulu mereka bisa pulang ikut membangun Indonesia. Pasti lain ceritanya.
Banyak sekali sejarah seputar 65 terkubur bersama jutaan mayat pembantaian rezim Suharto, dikomandani Sarwo Eddie (mertua SBY).
Orba sejak awal berdiri sudah dimulai dengan hoax. Surat perintah 11 Maret (Supersemar), seolah Sukarno menyerahkan kekuasaan kepada Suharto. Hingga 2024 surat aslinya tidak pernah ditemukan, cuma fotokopi, ada 3 versi pula!! Setelah itu Orba bikin hoax lagi, PKI dibilang dalang pembunuhan 7 jendral. Lalu jadi legitimasi untuk bantai jutaan org, plus melengserkan Sukarno.
Kita masih berdebat terus soal siapa dalangnya, padahal CIA sudah mengaku itu operasi mereka, dikenal sebagai "Operasi Jakarta" atau "Jakarta Method". Operasi Jakarta ditiru di Amerika Latin. Salah satunya oleh Pinochet dengan bantuan CIA di Chile. Kalau kalian masih enggak percaya CIA dalangnya, mari kita tuntut diselenggarakannya pengadilan HAM di Indonesia.
Jakarta, 4 Februari 2024
Kanti W. Janis
Comments
Post a Comment