Skip to main content

Danantara, Skema Sempurna Menjual Indonesia

Oleh: Kanti W. Janis

IG @penulis_optimis
Blog: kaweje.blogspot.com

Jakarta, 1 Maret 2025

Aku meminjam uang untuk perusahaan-perusahaan milikku. Perusahaan itu ada yang jasa perbankan, jasa transportasi massa, perdagangan beras, perdagangan pupuk, sampai pengembang perumahan.

Sayangnya aku gagal bayar karena terlalu banyak mempekerjakan orang-orang titipan keluarga yang tidak kompeten. Perusahaan-perusahaan itu merugi parah.

Daripada bubar, akhirnya aku menggabungkan semua perusahaanku ke dalam sebuah perusahaan baru bernama PT. Kekenyangan. Lalu utang yang belum terbayar dari perusahaan-perusahan tersebut aku konversi menjadi saham PT. Kekenyangan. Saham itu aku tawarkan kepada kreditur dan beberapa calon investor.

Kreditur tidak perlu menaruh modal tambahan lagi. Cukup ikut memiliki PT. Kekenyangan, ia punya kontrol dan turut menikmati keuntungannya. Maka si kreditur setuju dengan tawaran win-win solution tersebut.

Karena utangku besar, utang yang telah diubah jadi saham PT. Kekenyangan tersebut akhirnya mengurangi jatah kepemilikanku di PT. Kekenyangan.

Kreditur asing itu sekarang menjadi lebih berkuasa di PT. Kekenyangan dan menikmati lebih banyak dividen.

Dia menambah saham lagi, begitu pula para investor lain, lama-kelamaan sahamku terdilusi. Sekarang aku nyaris tidak memiliki kontrol lagi di PT. Kekenyangan, kontrol utamanya dipegang kreditur dan investor lain.

Nah, coba sekarang kata "aku" diubah menjadi Indonesia, dan perusahaan diganti menjadi "BUMN" dan PT. Kekenyangan diubah menjadi Danantara.

Kita coba ya...

Indonesia meminjam uang untuk BUMN-BUMN.

BUMN-BUMN itu ada yang jasa perbankan, jasa transportasi massa, perdagangan beras, perdagangan pupuk, sampai pengembang perumahan.

Sayangnya Indonesia gagal bayar karena terlalu banyak mempekerjakan orang-orang titipan keluarga yang tidak kompeten. BUMN-BUMN itu merugi parah.

Daripada bubar, akhirnya Indonesia menggabungkan semua BUMN ke dalam sebuah perusahaan baru bernama Danantara. Lalu utang yang belum terbayar dari BUMN-BUMN tersebut Indonesia konversi menjadi saham Danantara. Saham itu Indonesia tawarkan kepada kreditur dan beberapa calon investor.

Kreditur tidak perlu menaruh modal tambahan lagi, karena saham itu diberikan untuk membayar utang Indonesia kepadanya.

Cukup ikut memiliki Danantara, ia punya kontrol dan turut menikmati keuntungannya. Maka si kreditur setuju dengan tawaran win-win solution tersebut.

Karena utang Indonesia besar, utang yang telah diubah jadi saham tersebut akhirnya mengurangi jatah kepemilikan Indonesia di Danantara.

Kreditur asing itu sekarang menjadi lebih berkuasa di Danantara dan menikmati lebih banyak dividen.

Dia menambah saham lagi, begitu juga investor lain, lama-kelamaan saham Indonesia di Danantara terdilusi.

Sekarang Indonesia sudah nyaris tidak memiliki Danantara lagi, kontrol utamanya ada di tangan kreditur dan investor lain.

Bagaimana, sekarang sudah paham cara kerja Danantara? Dan kenapa skema ini sangat berbahaya bagi kedaulatan bangsa Indonesia?

Apalagi banyak BUMN yang mengurus hajat hidup seluruh rakyat Indonesia.

Badan Usaha Milik Negara sudah lama hanyalah sekedar judul. Rakyat Indonesia tidak pernah memilikinya.

Sejatinya milik negara adalah milik rakyat. Tapi rupanya masih sedikit dari kita yang memahami apa itu makna memiliki dalam sebuah perusahaan.

Apakah jika judulnya Badan Usaha Milik Negara, lantas sudah pasti kita turut memiliki? Apakah jika bentuknya badan hukum Indonesia, sudah pasti dimiliki Indonesia?
Apakah jika direkturnya seorang WNI, bahkan presiden sekali pun, maka sudah menjadi milik Indonesia?
Belum tentu!

Memiliki artinya punya kontrol dan dapat menikmati keuntungannya. Di dalam sebuah perseroan, pemegang saham adalah pemiliknya. Kadang juga untuk mengakal-akali, supaya terlihat saham pengontrol dipegang Indonesia, akan ada perseroan di dalam perseroan, ada juga pinjam nama, padahal penerima manfaatnya orang lain.

Sekarang di mana bukti kepemilikan kita, rakyat Indonesia atas BUMN? Jangankan kontrol dan menikmati keuntungan, laporan berkala saja tidak ada. 

Bagaimana tiap-tiap BUMN dikelola, kita tidak pernah dibuat paham secuil pun.

Ingat, jika tidak punya kontrol, tidak bisa menikmati keuntungan, artinya kita hanya sapi perah.

Lebih jauhnya kita dapat melihat niatan pembentukan Danantara adalah untuk melayani kepentingan investor asing. Ini bukan teori konspirasi, melainkan tertulis jelas dalam penjelasan PP No. 10/2025 tentang Organisasi dan Tata Kelola BPI Danantara, sebagai berikut:

Pemerintah telah melakukan perbaikan iklim investasi dan kemudahan berusaha untuk Foreign Direct Invesment (FDI) yang masuk ke Indonesia. Selain itu, upaya peningkatan FDI ke Indonesia juga perlu memperhatikan perspektif dan minat investor luar negeri.

Dengan demikian, saat ini diperlukan adanya suatu lembaga yang mampu menjadi mitra strategis bagi investor dimaksud, yang memiliki landasan yang kuat secara hukum dan kelembagaan, serta menerapkan praktik dan standar internasional yang dapat menjadi perantara bagi para investor dalam menempatkan investasi atau FDI di Indonesia.

Pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara
atau Danantara oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2025 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2OO3 tentang
Badan Usaha Milik Negara dimaksudkan untuk dan mengoptimalkan nilai investasi yang dikelola secara jangka panjang oleh BUMN dalam rangka secara berkelanjutan.

Untuk merealisasikan fungsi dan tujuan tersebut, Danantara memiliki
karakteristik khusus yang dapat menjadikan lembaga ini memiliki fleksibilitas dan profesionalitas dalam peningkatan nilai investasi, serta sebagai mitra strategis bagi investor asing.

Inilah tindakan menuju makar yang sebenarnya. Menggadaikan negara beserta isinya ke pihak asing. Lawan!


Referensi:

- UU No. 1 Tahun 2025 tentang BUMN

- PP No. 10/2025 tentang Organisasi dan Tata Kelola BPI Danantara

Catatan:
_tulisan ini bisa dibaca juga melalui_ https://kaweje.blogspot.com/2025/03/danantara-skema-sempurna-menjual.html

Comments

Popular posts from this blog

Ketika Media Sosial Menjadi Candu Baik

Penyakit lupa dan menunda-nunda pekerjaan bukan baru menyerang aku belakangan ini. Melainkan gejalanya hampir bersamaan dengan makin canggihnya media sosial alias medsos. Medsos dibuat semakin menagih. Ini bukan asumsi. Sebagaimana film dokumenter Social Dilemma telah mengupasnya.  Saat ini karena merasa hubungan dengan medsos sudah tidak sehat, terutama semenjak ada reels, hari Minggu lalu aku memutuskan jeda Instagram dan Facebook, niatnya sebulan. Hampir seminggu puasa medsos, aku sudah merasakan kenikmatannya. Lebih fokus, bangun tidur lebih segar, kerja cepat selesai, banyak baca buku dan artikel panjang. Memang ada rasa sakau, ya namanya juga kecanduan. Aku coba mengatasinya dengan menulis blog lagi. Seperti sekarang. Internet membuat manusia semakin terisolasi. Tanpa bertatap muka, kita bisa mencari berbagai informasi, memesan makanan dan barang. Ikut kelas, hingga mencari uang. Tanpa disadari, semua efisiensi yang dianggap sebagai kelebihan utama internet, membuat kemampuan...

MERASAKAN DAMPAK GEMPA BANGKOK 28/03/25

MERASAKAN DAMPAK GEMPA BANGKOK 28/03/25 Kanti W. Janis Jakarta, 29 Maret 2025 Hingga hari ini, jika tidak melihat video dan membaca berita gempa di Bangkok, saya tidak sadar dampaknya cukup parah.  Setelah hampir seminggu di Bangkok, kemarin tanggal 28/03 memutuskan ikut mini tur ke Ayutthaya, ibukota tua Thailand.  Keputusan ikut tur baru sehari sebelumnya. Masih maju mundur antara jadi atau tidak. Tapi begitu membaca jadwalnya dengan seksama, ini tur singkat, ringan, akan kembali ke Bangkok di jam ngopi sore. Jaraknya cukup dekat, naik minivan sekitar 1 jam, mulai jam 10 pagi. Akhirnya keputusan untuk berangkat pun bulat, tiket dipesan. Masa sudah beberapa kali ke Thailand, tapi belum pernah berkunjung ke situs sejarah? Selalu untuk kerja, dan satu kali transit panjang. Jadi ya sudah sempatkan saja untuk eksplor. Mumpung ada waktu. Perjalanan dari hotel ke titik pertemuan ternyata sangat macet. Google map tidak bisa memprediksi dengan akurat. Saya mencoba menelepon operator ...