Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2024

Romantisme Palsu Penjajah

Romantisme tentang kota-kota di Eropa Barat, Paris, London, Amsterdam, Berlin, sudah lama tidak menginspirasiku. Apalagi New York. Bagaimana mungkin New York membawa romantisme untukku, kota itu bagian dari sejarah penjajahan di Nusantara. Ketika namanya masih New Amsterdam, Belanda dan Inggris seenaknya tukar-menukar dengan pulau Banda melalui Perjanjian Breda. Itu awal genosida terhadap orang Banda. Banda yang termansyur menjadi kota mati. Diluar kota-kota para kulit putih, terselip Tokyo dan Kyoto. Persamaan di antara semua kota itu adalah berada di negeri 4 musim. Mungkin sudah jutaan karya sastra mengambil kota-kota itu sebagai latar, memenuhi fantasi para penulis yang didera kebosanan rutinitas kotanya. Dulu, sebelum merasakan hidup di Belanda, banyak cerita terpublikasi mau pun belum , kutulis sambil membayangkan kota-kota itu. Dedaunan musim gugur yang menguning. Salju putih megah menyelimuti setiap jengkal kota. Orang-orang yang mencintai keindahan, menghormati kesetaraan, di ...

Nonton Eksil karya Lola Amaria itu Wajib Hukumnya!

Eksil film dokumenter karya Lola Amaria ini wajib ditonton dan diviralkan! Sebelum menonton ada 2 syarat. Pertama, melepas semua pelajaran sejarah baku tentang G-30S, sejarah PKI dan Orde Baru, definisi komunis ala Orba. Buang jauh-jauh, deh! Terutama film propaganda karya Arifin C. Noer. Nulis judulnya aja malas. Merusak perkembangan otak anak-anak. Hapus dari otak! Kedua, siap-siap banjir airmata. Eksil, singkatnya, berkisah tentang para mahasiswa cemerlang penerima beasiswa negara pada era presiden Sukarno, mungkin sekarang setara LPDB. Boleh dibilang mereka orang-orang tercerdas pada generasinya. Sedang asyik menuntut ilmu terjadilah peristiwa G-30S/Gestok/Gestapu pada tahun 1965. Ada 7 tentara Angkatan Darat dibunuh. Tak lama kemudian disusul pembantaian massal oleh tentara, sasarannya anggota PKI, simpatisan PKI, semua orang yang disangkutpautkan dengan PKI. PKI dituduh dalang pembunuhan 7 jenderal, yang tidak terbukti hingga detik ini. Kata pembantaian tidak berlebihan. Tanpa me...

Ketika Media Sosial Menjadi Candu Baik

Penyakit lupa dan menunda-nunda pekerjaan bukan baru menyerang aku belakangan ini. Melainkan gejalanya hampir bersamaan dengan makin canggihnya media sosial alias medsos. Medsos dibuat semakin menagih. Ini bukan asumsi. Sebagaimana film dokumenter Social Dilemma telah mengupasnya.  Saat ini karena merasa hubungan dengan medsos sudah tidak sehat, terutama semenjak ada reels, hari Minggu lalu aku memutuskan jeda Instagram dan Facebook, niatnya sebulan. Hampir seminggu puasa medsos, aku sudah merasakan kenikmatannya. Lebih fokus, bangun tidur lebih segar, kerja cepat selesai, banyak baca buku dan artikel panjang. Memang ada rasa sakau, ya namanya juga kecanduan. Aku coba mengatasinya dengan menulis blog lagi. Seperti sekarang. Internet membuat manusia semakin terisolasi. Tanpa bertatap muka, kita bisa mencari berbagai informasi, memesan makanan dan barang. Ikut kelas, hingga mencari uang. Tanpa disadari, semua efisiensi yang dianggap sebagai kelebihan utama internet, membuat kemampuan...